5 Hal Sebelum Kamu Masuk Menjadi Desainer Grafis

Hai-hai, Apa kabar sahabat kades?. Tentu harus terus semangat yaa dalam menjalani hidup ini hahha :D. Dan pastinya terus cari duit (plak).

Hari ini aku akan membuat artikel yang agak sedikit horror (Suara-suara mencekam). karena aku akan memberikan beberapa contoh yang mungkin saja bisa menjadi acuan sahabat kades yang mau menjadi desainer grafis kedepannya.



Artikel ini aku buat bukan mau menjelek-jelakkan profesi ini (lah wong profesi sendiri hahaha). tapi, mungkin bisa menjadi pertimbangan. Karena dunia desain grafis terkadang sedikit mengerikan dari pada dunia persilatan (eh).

Namun, bukan saja desainer grafis saja yang punya cerita horror dibaliknya. Profesi lain pun sama, dan tentunya berbeda-beda yaa. Tapi, balik lagi kepada masing-masing individu.

Karena itu, aku pun membuat postingan ini agar kita bersama-sama membuka mata O.O. Berikut pembahasannya.

1.Harus bisa beradaptasi


Hal ini menjadi poin pertama, kenapa?. Karena sebagai desainer grafis, pasti akan sering terjadi yang namanya perubahan (alias revisi). Dan terkadang brief yang berubah, Maka jika kita menjadi desainer grafis haruslah siap dan tanggap.

Terlebih lagi, jika kita sudah kebanjiran orderan. dan pemintaan klien tentunya beda-beda setiap kepalanya. maka dari itu. Harus bisa beradaptasi.

2.Harus punya keahlian teknis, estetika, peka, dll.


Desainer grafis yang baik, tentu bukan cuma bisa pakai software grafis. melainkan memiliki cita rasa. Karena walaupun sehebat apapun desain yang dia buat, jika tidak memiliki cita rasa untuk disampaikan ke khalayak publik. Maka desain itu agaknya akan terlihat hambar.

Memang untuk penguasaan software ada benarnya, namun penguasaan secara konsep, dan juga prinsip dasar desain yang lebih diutamakan. Karena dengan memiliki ilmu tersebut, desainer grafis pun dapat lebih mudah membuat karya yang bukan saja baik tapi juga tersampaikan pesan.

Belum lagi untuk hal warna, tipografi, dan jangan lupakan tentang manual drawing.

3.Hidup jadi berat


Poin yang menurutku paling horror dan terjadi berkali-kali. Kenapa dikatakan hidup lebih berat?. Selain harus belajar banyak sekali, dan mampu beradaptasi (dengan cepat). Desainer juga pasti akan sering marah-marah sendiri karena melihat Spanduk, balliho, kartu nama, logo, poster, dll yang bertebaran diluar sana.

Kenapa demikian? Karena desainer grafis telah memiliki ilmunya, maka mereka akan secara otomatis akan mengkritik sebuah desain. Dan tentu saja jika bertemu dengan desain yang menurutnya tidak tepat secara teknis dan konsep maka dia pun akan merasa hidupnya berat.

4.(Tidak) Ada waktu istirahat


Ketika kita melihat teman-teman yang berprofesi lain sibuk liburan dengan yang lainnya. Kita (desainer grafis) harus sibuk berpikir kreatif. Memang berpikir kreatif adalah hal yang bagus dan memang sebuah keharusan untuk menciptakan inovasi.

Namun disini, tanpa disadari otak akan dibuat terus menerus untuk berpikir dan pastinya haus informasi. Untuk contoh yang poin 4 ini, aku sendiri mengalaminya (cie curhat).

5.Tidak ada yang peduli.


Horror dari segala horror (mungkin hehe). Karena hingga saat ini untuk tingkat apresiasi desain grafis di indonesia masihlah cukup rendah. Tapi, aku sendiri optimis jika kedepannya itu semua akan berputar (ea).

Sebagian pandangan masyarakat pun banyak berpikir jika profesi ini orang iseng pun bisa dan hanya diperlukan sebuah software (tadaa) jadilah seorang desainer grafis (-_-).

Dan begitulah cerita horror kita berakhir ahhaha :D. Sebagai desainer grafis dan yang mau terjun ke dunia ini, ada baiknya untuk mempertanyakan diri sendiri dulu. apakah memang suka? atau hanya ikut-ikut?. karena dunia desainer grafis menurutku memang banyak menuntut kita.

Baiklah kita akhiri cerita horror ini, Silahkan berkomentar yaa :D. Terima kasih dan Sampai Jumpa.

Posting Komentar

0 Komentar

advertise

Slider Parnert

Subscribe Text

Offered for construction industries